Hikmah Silaturahmi, Syawal 1433 H
السلا م عليكم ورحمة الله وبركا ته
الحمد لله وشكرلله ونعمة لله لا حول ولا
قوة الا بالله
قال
رسول الله صلي الله عليه وسلم المؤمن للمؤمن كا لبنيا ن يشد بعضه بعضا
Alhamdulillah,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh Swt, yg telah memberikan anugerah
kenikmatan, kesehatan yang tidak bisa kita ukur dengan uang sebesar apapun,..
terlebih kita diberi nikmat iman dan Islam.
Rasululloh Saw, bersabda :
المؤمن
للمؤمن كا لبنيا ن يشد بعضه بعضا
“ Orang mukmin itu
bagaikan bangunan yang satu sama lainnya saling memperkokoh “
Alloh Swt berfirman di
dalam Hadits Qudsi, yang artinya
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ لِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي
ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي
Nabi SAW. bersabda, “Pada Hari Kiamat
Allah akan berfirman: Dimanakah orang yang berkasih sayang karena kebesaranKu?
Kini Aku naungi di bawah naunganKu, pada saat di mana tiada naungan kecuali
naunganKu.”(HR. Muslim).
Pernahkah kita berharap untuk
menjadi golongan manusia yang dinaungi oleh Allah, pada hari yang amat dahsyat
panasnya di Padang Mahsyar? Ketika itu tidak ada satu pun tempat bernaung dan
yang memberikan naungan kecuali Pemilik Hari Pembalasan, yaitu Allah Ta’ala.
Bila mau, dan semestinya kita
berharap demikian, maka ada satu amalan sederhana tapi berdampak besar bagi
kita pada hari itu, yakni berkasih sayang kepada sesama muslim karena Allah.
Berkasih
sayang adalah bagian dari fitrah manusia. Allah telah ciptakan dalam diri kita
naluri tersebut.
Ada cinta terhadap lawan jenis, cinta
terhadap anak-anak, dan cinta terhadap kawan-kawan. Akan tetapi berkasih sayang
saja tidak cukup untuk mendatangkan kebaikan yang dijanjikan Allah dalam hadits
qudsiy di atas. Kasih sayang yang akan
mendatangkan naungan di Hari Pengumpulan (Yaumul Hasyr), adalah yang
disyaratkan karena Allah, bukan semata-mata kasih sayang.
Cinta/mencintai kepada sesama, itu bukan
karena ada pamrih, sebab melihat seseorang, akan tetapi ada syarat yang harus
dilengkapi bila kita ingin dikategorikan berkasih sayang karena Allah;
Pertama,
melakukannya ikhlas, semata karena Allah, dan tidak mengharap pamrih apapun.
Artinya, kita mencintai sesama muslim karena memang melaksanakan perintah
Allah. Dan orang yang kita cintai adalah orang yang diridloi oleh Allah untuk
diberikan kasih dan sayang. Tidak ada cinta dan kasih sayang kepada orang yang
memang tidak halal untuk dicintai. Siapapun mereka, meski itu adalah orang tua,
saudara, teman atau kawan sepermainan, tetangga dekat maupun jauh, dan bahkan
siapapun mereka terlebih mereka se agama dan seiman. Firman Allah Ta’ala:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا
ءَابَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu
tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara
ataupun keluarga mereka.”(QS. al-Mujadilah: 22).
Kedua,
menunjukkan pengorbanan dan kasih sayang yang lebih besar dibandingkan apa yang
diberikan saudaranya kepadanya. Memang tidak mudah memberi lebih baik dan lebih
banyak kepada orang lain. Apalagi dalam pola kehidupan kapitalisme dengan asas
manfaat, orang seringkali dituntut untuk berbuat baik bila mendapat kebaikan.
Tapi tidak diajarkan untuk memberi lebih. Asas manfaat telah membelenggu
manusia dari berbuat kebaikan. Akan tetapi dalam Islam, dengan landasan iman,
seorang muslim dijanjikan kemuliaan yang besar manakala menunjukkan dan memberi
kasih sayang lebih besar dari saudaranya. Sabda Nabi saw.:
خَيْرُ الْأَصْحَابِ
عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُ الْجِيرَانِ عِنْدَ اللَّهِ
خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ
“Sebaik-baik
orang yang bersahabat di sisi Allah adalah yang paling baik kepada sahabatnya.
Dan sebaik-baik orang yang bertetangga
di sisi Allah adalah orang yang paling baik kepada tetangganya.”(Ibnu
Hibban, al-Hakim).
Ketiga, memberikan pembelaan
terhadap kehormatan, harta dan darah sesama muslim. Bukan namanya bersaudara
dan mencintai bila merusak nama baik seorang muslim, merampas hartanya apalagi
menumpahkan darahnya. Kewajiban orang yang mengaku cinta dan berkasih sayang
adalah memberikan pembelaan kepada saudaranya, sekalipun saudaranya sedang
tidak bersamanya. Dan menolongnya, memberinya dan melindunginya manakala mereka
meminta pertolongan.
مَنْ اسْتَعَاذَ بِاَللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ سَأَلَكُمْ
بِاَللَّهِ فَأَعْطُوهُ ، وَمَنْ اسْتَجَارَ بِاَللَّهِ فَأَجِيرُوهُ
Siapa
yang meminta perlindungan karena Allah maka lindungilah ia. Dan siapa yang
meminta kepada kalian atas nama Allah, maka berilah ia, dan siapa yang meinta
keamanan karena Allah, maka berikanlah keamanan kepadanya.”(HR.
Ahmad, Abu Daud).
Ironis bila kaum muslimin justru
menebarkan fitnah kepada orang-orang yang berdakwah menegakkan syariat dan
kemuliaan Islam. Mengucilkan mereka bahkan menyakiti fisiknya. Sementara itu
membiarkan orang-orang kafir leluasa menginjak-injak kehormatan dan tanah air
mereka sendiri.
Sungguh kita amat merindukan ukhuwah
Islamiyah yang sejati, yang bisa memberikan rasa kasih sayang, pertolongan dan
kebaikan di antara sesama muslim. Yang disayangkan bahwa pada hari ini ukhuwah
Islamiyah telah tergerus dengan sekat-sekat kedaerahan, mazhab, kelompok dan
nasionalisme. Tidak sedikit sesama muslim justru saling mencela, menebar
fitnah, menghalangi bantuan untuk mereka dan tidak peduli atas penderitaan
sesamanya. Akibatnya umat mudah dipecah belah dan dijajah.
Amat penting bagi kita pada hari ini
mengembalikan sifat mulia umat; memuliakan sesama muslim. Kekuatan akan
tergalang karena saling memberikan perlindungan, dan di akhirat Allah
menjanjikan naungannya di hari di mana tidak ada naungan selain milikNya.
Demikianlah uraian ini, smoga
bermanfaat, mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan.
Wal
‘afwu minkum wassaalaamu ‘alaikum Wr. Wb.